Halaman

”Your Services is a very Big huh”


Takkala suara gemuruh guntur menyambar, kutersentak dering handphone-ku yang berbunyi nyaring di lantai bawah. Kutergopoh-gopoh menuruni 10 anak tangga seiring kuberlari meraihnya. Sambil terengah-engah, kulihat nada panggil di handphone-ku nama mas Sutris rekanku. Kutekan tombol jawaban dan langsung mengucap salam kepadanya. ”Halo mas...ada yang bisa dibantu?”. Dari seberang, terdengar suara mas Sutris dengan kebiasaan karakternya menjawab..”Hola juga”. Kemudian mas Sutris langsung pada pointer yang menjadi tujuan pembicaraan. Kata mas Sutris..”Kamu besok bisa antar city tour nggak, untuk tiga hari kedepan? ini mengantar tamu bule, menjemput di bandara besok malam jam 19.30”. Pintaku dengan nada lantang..”Siyap Bos”. Dan dibalas dengan sigap, mas Sutris memberikan pengarahan kepadaku. ”Kamu jemput di bandara jam 19.30 atas nama Mr. Gerald dan keluarganya dari Finlandia. Kemudian kamu antar dia ke hotel Phoenix dan biarkan mereka check in dulu. Dan berikutnya kamu arrange mereka jalan-jalan ke malioboro serta makan makanan lesehan dulu ya. Setelah itu kamu ajak mereka untuk melihat Sendra Tari Ramayana di Prambanan. Besok pagi dan hari berikutnya city tour sesuai dengan keinginan mereka..ok?” Dan sekali lagi dengan tegas aku jawab ”Siyap Bos”.

Sore di hari penjemputan, kupersiapkan mobil bututku dan tak lupa untuk membersihkannya. Hampir setengah jam kucuci luar dan dalam bagian seakan tak ada lagi kotoran yang melekat..cling..bersih mengkilat. Dan setelah acara cuci-cuci kelar, keringatpun mengucur deras menggelontori tubuh dan raut mukaku. Dengan cepat kubersihkan semua keringat yang masih meleleh dan segera kubuat kopi panas tuk menemani merokok sejenak. Angin segar sepoi-sepoi di teras rumah membuat diriku beranjak istirahat sebentar, sembari kucicipi kopi dan sebatang rokok filter kesukaanku. Tak berselang lama, kutoreh jam dinding yang terus berputar dan benar – jarum jam sudah menunjukkan pukul 17.00 seolah diriku tak boleh istirahat sejenak. Kubergegas tuk mandi dan segera kupersiapkan baju dan celana yang rapi di atas tempat tidurku. Setelah hajat mandi selesai, kuberlari dengan selembar handuk yang hanya menutupi tubuh bagian bawah menuju kamar tidurku. Dengan tubuh yang masih menggigil karena cuaca sore itu di kota Jogja yang dingin sekali, kucari celana dalamku. Kubolak-balik tatanan baju serta celana di atas tempat tidurku dan sampai kolong tempat tidurpun kulihat satu persatu sudut, tetapi tak nampak secuilpun keberadaan celana dalamku ini? Alhasil kesimpulan, celana dalamku hilang entah kemana. Panik dan bingung menghiasi tubuh dan raut mukaku yang kusut karena hanya itu satu-satunya yang masih bersih. Aling-aling berpikir tak ada lagi celana dalamku yang kering karena Jogja beberapa hari belakangan ini diguyur hujan terus menerus sehingga yang lain masih belum kering bahkan ada yang masih direndam. Dalam hati kuberpikir sambil berujar ”Perasaan tadi celana dalamku kutaruh diatas celana panjang, celana panjang diatas baju dan baju diatas tempat tidur, kok hilang ya?” Heran campur aduk menjadi penasaran membuat diriku berusaha mencari kemana hilangnya celana dalamku. Kembali kuberlari kekamar mandi, siapa tahu aku yang lupa – dan ternyata nggak ada juga. Kuingat-ingat kembali, tak membuahkan hasil dan berujung pada kebenaran kutaruh celana dalamku diatas celana panjang. Lagi-lagi bingung, apa yang harus aku lakukan membuat diriku kalang kabut gak karuan.  

Pukul sudah menunjukkan angka 18.30, handuk masih menyelimuti bagian bawah tubuhku tuk mencari celana dalam bekas yang mungkin masih tersimpan di kamar gudangku. Kubongkar satu persatu lemari di kamar gudang dan ternyata celana dalam bekasku juga sudah lenyap semua. Satu diantaranya sudah tergeletak di bawah tabung gas dan satu lagi di buat penyangga lemari makan..wadaw. Tak habis kuputar otak ini untuk bisa bercelana dalam, tapi tak ada solusi yang terbaik waktu itu karena keterbatasan waktu. Akhirnya kutekadkan bulat untuk tidak bercelana dalam..Ok. Pikir-pikir, ketutup juga kan dengan celana panjang...ahay. Kulangsungkan niat berpakaian dan bercelana membuat diriku siap melayani si bule. ”Berangkat!”

Kumatikan lampu rumahku satu persatu dan tinggal lampu depan yang menyala. Kulihat kembali jam dinding dan waktupun berlalu sampai pada angka 18.45. Kembali kubergegas mengunci pintu rumah dan menuju car port samping, dimana mobil bututku kuparkir. Tak berselang lama, kunyalakan mesin mobil sembari kubuka pintu pagar. Dan...Dan...ternyata...alangkah terkejutnya aku melihat celana dalam yang kupersiapkan tadi sudah tercabik-cabik sampai tak berbentuk di sudut car port dekat pintu pagar. Dengan hati geregetan dan perasaan amarah yang tak karuan, kupalingkan wajahku ke anjing golden retriever kecilku yang duduk santai di teras rumah sambil melihatku seakan tak ada masalah. Dengan lugu dan terus menjulurkan lidahnya, rasa berdosapun tak tampak di wajah anjing yang sok jago ini. Akhirnya kupanggil nama panggilannya ”Kyo..sini”. Dengan wajahnya yang innocent dan badan yang begitu gembul, anjing itu menghampiriku. Setelah mendekat dan meletakkan dagunya di paha kananku, kuhanya bilang sambil geregetan kusentil dua kali kupingnya ”huh..kamu itu nakal ya..lain kali kalo mau gigit-gigit ngomong donk..kan bisa aku kasih celana dalam lain”. Seperti orang gila kumarahi anjing kesayangan semata wayang itu. Dan dengan wajah imutnya anjingkupun kembali ketempat semula dengan beberapa helai cabikan celana dalamku yang masih menempel di bagian wajahnya.

Pukul sudah menunjukkan pukul 19.00, setengah jam lagi Mr.Gerald dan keluarganya sudah landing di Bandara Adi Sucipto. Kutancap mobilku kencang-kencang dengan harapan tidak terlambat untuk menjemput si bule itu. Setelah kutempuh hampir 25 menit dari rumah, kumasih punya waktu 5 menit untuk menunggu sambil kunyalakan kembali sebatang rokok menemaniku. Tak hayal tangan kanan mengangkat selembar kertas bertuliskan Mr.Gerald and Family From Finland, tangan kiri tetap dengan sebatang rokok yang setia. Hampir 20 menit berlalu tak kunjung ada bule yang menghampiriku. Kulihat kanan kiri penumpang yang baru turun dari pesawat, tidak ada bule satupun yang tampak. Lelah memandang penumpang sliwar-sliwer (berjalan kesana kemari), kutersentak pandangan aduhai cewek dengan kaos yukensi warna pink dan celana jean yang menghiasi, terlihat seksi habis melewatiku. Dengan sedikit melongo mata ini, kaget diriku dibuat saat Mr.Gerald menepuk pundakku dari belakang dan berkata ”excuse me, are you Risky? Dengan sedikit tergopoh-gopoh kujawab ”yes I am Risky, you are Mr. Gerald?” Dan bule itu menjawab ”Yes, I am. Let me introduce my family..this is my wife..Sasha and then this is my daugther..Natasha”. Dengan reflek kilat kusodorkan tangan kananku untuk menjabat tangan mereka masing-masing sambil berkata ” I am Risky”. Selanjutnya kupersilahkan mereka menunggu di tempat, sembari aku mengambil mobil untuk menjemputnya. Dan sebelum aku bergegas menuju tempat parkir, terlontar kata istri Mr.Gerald dengan arahan mata menuju bagian depan celana panjangku dan berkata ”Your Services is a very Big huh”. Sontak aku terperangah dan kontan saja selembar kertas untuk nama Mr.Gerald and Family From Finland kugunakan untuk menutupi celana bagian depanku. Malu campur aduk gak karuan, kuberlari sambil masih memegang kertas yang kugunakan menutupi celana depanku menuju tempat parkir. Dan akhirnya Mr. Gerald dan keluarganya sangat senang ketika berkunjung di Kota Jogjakarta dan sangat puas dengan pelayanan yang kuberikan dan kembali berkata ”Your Services is a very Big huh”.

1 komentar: